makalah ilmu sosial budaya

Bab I
Pendahuluan

I.I  Latar belakang
Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di antara keluarga kain tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China di masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang didatangkan langsung dari China, Jepang dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.
Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda dengan batik Jawa, batik Palembang nampak lebih ceria karena menggunakan warna - warna terang dan masih mempertahankan motif - motif tradisional setempat.
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.
Bab II
Isi

II.1 Makanan Khas
Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal seantero nusantaraKota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.
Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).

(http://www.edukasi.net/karyaanda/viewkarya.php?kid=16)
Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
Model, salah satu olahan pempek yang menggugah selera.model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).
Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong kecil-kecil dan kemudian disiram kuah santan pedas.Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.Mie Celor, berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak besar mirip mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging udang.
Burgo, berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk mirip dadar gulung yang kemudian diiris, dinikmati dengan kuah santan.Lakso, berbahan dasar tepung beras, mirip Burgo, namun bertekstur mie.
Martabak HAR,adalah makanan Khas dari timur.yang dibawah oleh warga keturunan. berbahan dasar tepung terigu, yang diberi telor bebek dan telor ayam,kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.
Pindang Patin, salah satu makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging ikan patin yang direbus dengan bumbu pedas dan biasanya ditambahkan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar. Nikmat disantap dengan nasi putih hangat, rasanya gurih, pedas dan segar.Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat.Malbi, mirip rendang, hanya rasanya agak manis, berkuah dan gurih.
Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.
Otak - otak, varian pempek yang telah tersebar di seluruh Indonesia, berbahan dasar mirip pempek yang dicocol dengan kuah santan dan kemudian dibungkus daun pisang, dimasak dengan cara dipanggang di atas bara api dan biasa disantap dengan saus cabai / kacang.
Kemplang, berbahan dasar pempek lenjer, diiris tipis dan kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering kemplang dapat dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang hingga mengembang.Kerupuk, mirip kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar, dijemur, kemudian digoreng.Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya
Kue Delapan Jam, dengan adonan mirip kue maksubah, kue ini benar - benar sesuai dengan namanya karena dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu delapan jam. Kue khas Palembang ini juga sering disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan dan sering disajikan di hari raya.Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit

II.2 Seni Tari
             Gending Sriwijaya merupakan tari spesifik masyarakat Sumatera Selatan untuk menyambut tamu istimewa yang bekunjung ke daerah ini, seperti kepala negara, kepala-kepala pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang setara itu. Tari tradisional ini berasal dari masa kerajaan Sriwijaya. Tarian yang khas ini mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
            Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyakdigantikan tape recorder.Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal terkadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya dilakukan oleh putri saja. Sultan atau bangsawan.
Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya. Tari Gending Sriwijaya, termasuk lagu pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk mengingatkan para pemuda bahwa para nenek moyang adalah bangsa dan besar yang menghormati persaudaraan dan persahabatan antar manusia dan hubungan antara manusia dengan Sang pencipta.
Masyarakat Palembang memiliki seni tari sendiri, baik bergaya modern hasil kreasi seniman-seniwatinya, maupun tari-tarian klasik.Diantaranya, tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya.Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari, sedang Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesori penari Gending. Tari Melati Karangan, merupakan perlambang keagungan kerajaan Sriwijaya mempersembahkan mealati dalam bentuk emas kepada kaisar Cina di abad ke VII. Tari Dana merupakan tarian rakyat yang biasa dibawakan para remaja. Tari digelarkan dalam acara gembira yang dibawakan 4-6orang penari atau secara massal oleh putra-putri. Tari Dana juga dikenal diseluruh Sumatera Selatan.
(http://palembangbari.blogdetik.com/2009/04/06/sekilas-tari-gending-sriwijaya-tari-tanggai/)
II.3 Kerajinan Khas (Lakuer)
           Hasil kerajinan lakuer sangat populer diPalembangIndonesia ThailandIndonesia Jakarta Palembangmenjualnya, orang mulai mengenal bahwa barang barang lakuer juga diproduksi di Indonesia, khususnya tahun 1980-an, dan salah satu pusat perbelanjaan di ). Baru setelah Pameran Produksi (Jepang dan dan sekitarnya, tetapi belum dikenal luas oleh masyarakat di Nusantara. Di pasaran banyak dijual barang barang lakuer, tetapi barangbarang itu berasal dari luar.
 A. Asal “lakuer”

                 Kata lakuer (bahasa Inggris: lacquer) berasal dari kata lac, yaitu nama bahan damar yang dihasilkan oleh sejenis serangga yang bernama Laccifer lacca. Tumbuhan tempat bertenggernya serangga ini banyak ditemukan di Jepang, Tiongkok, dan di daerah Pegunungan Himalaya. Orang Jepang menyadapnya dari pohon tersebut sekali dalam 10 tahun. Di Sumatera Selatan pohon tersebut dikenal dengan nama pohon kemalo.
Lakuer atau pengerjaan lakuer untuk pertama kalinya dilakukan di Tiongkok, tetapi kemudian diproduksi secara besar-besaran di Jepang. Menurut sumber Tionghoa pada masa Dinasti Ming (1368-1643 M), lakuer awalnya dipakai untuk menulis pada batang bambu. Pada masa Dinasti Chou (1027-256 SM), tempat-tempat makanan pada mulanya dibuat dari lakuer. Pada masa berikutnya lakuer dipakai untuk menghias tandu dan kereta kecil. Motif hias yang dipakai orang Tionghoa adalah motif hias flora dan fauna (naga, burung hong, dan kura-kura).
              Ada sebuah berita Tionghoa yang ditulis oleh Chau Ju kua dari masa Dinasti Song (960-1279 M). Di dalam berita itu disebutkan negeri-negeri yang dikunjungi oleh para saudagar Tionghoa, termasuk di dalamnya negeri-negeri di Asia Tenggara, dan hasil produksi dari negeri-negeri tersebut.CatatanChau Ju kua menyebutkan sebuah negeri bernama TonkinAnnamMalaysia Hainan Brunei,dan Jawa. Beranang(yang menghasilkan antara lain lakuer.Selanjutnya disebutkan negara-negara yang memperdagangkan barang-barang lakuer, misalnya
             Di Annam para pedagang memperdagangkan kayu cendana, kamper, timah hitam, timah, samshu, gula, musk, dan barang lakuer. Penduduk asli Beranang menghasilkan su dan chan (sejenis kayu gaharu), kayu laka, kayu cendana, dan gading gajah. ParaHainan dari Tsuan chou untuk berdagang, antara lain, memuat wadah-wadah lakuer. pedagang asing di negeri itu menukarkannya dengan emas, perak, porselen, besi, barang lakuer, samshu, beras, gula, dan terigu. Jung-jung Tiongkok yang datang ke
Meskipun hubungan ekonomi dan agama dengan Tiongkok sudah berlangsung cukup lama, masuknya kemahiran mengerjakan lakuer di Palembang belum dapat diketahui dengan pasti. Berdasarkan berita Tionghoa, hubungan perdagangan dan agama antara Tiongkok dan Sriwijaya sudah berlangsung sejak sekitar abad ke-7 Masehi. Bermacam-macam komoditas, baik hasil hutan maupun hasil bumi, pada masa itu diperdagangkan. Namun, dalam berita itu tidak disebutkan barang lakuer, baik sebagai barang komoditas maupun sebagai barang persembahan (upeti).
AdaSiam kabar burung bahwa kerajinan membuat lakuer berasal dari negeri . Pada mulanya hanyalah merupakan upeti dari para saudagar untuk penguasa setempat. Tujuannya agar saudagar yang memberikan upeti tersebut diperkenankan oleh penguasa setempat untuk masuk dan berdagang bahkan mengharap agar diperkenankan menetap di wilayah kekuasaannya. Siam
Keterangan itu kurang kuat meskipun ThailandPalembang mirip dengan ragam hias lakuer Tiongkok. juga menghasilkan barang-barang lakuer, yang biasanya mempunyai ciri khas menggambarkan makhluk kayangan (kinara dan kinari) dengan mahkota khas Thai yang meruncing ke atas. Dugaan yang lebih masuk akal adalah berasal dari negeri Tiongkok karena ragam hias lakuerKarena banyaknya barang tersebut dan juga bentuknya yang cukup menarik, akhirnya barang lakuer mulai ditiru oleh orang-orang terampil. Dalam peniruan barang lakuer banyak diciptakan kreasi baru.
Dalam waktu relatif singkat peniru telah dapat memproduksi barang lakuer dalam jumlah banyak. Dengan masuknya agama Islam di Palembang, ragam hias pada barang lakuer juga bernapaskan Islam, terutama untuk barang pesanan para kerabat sultan dan kaum bangsawan.
B. Cara pembuatannya
Dengan mesin bubut, sebongkah kayu dibentuk bulat atau silindris. Untuk bentuk kotak atau membuat dinding pemisah (sketsel) tidak diperlukan pembubutan, cukup dengan membentuknya dari bilah-bilah papan. Permukaannya dihaluskan dengan amplas halus, warna dasar dengan oker, dijemur hingga kering. Bagian yang berlubang didempul dan kembali diampelas. Dilukis dengan tinta china dengan hiasan flora dan fauna yang mengambil motif binatang (naga berbadan singa dengan sisik dan duri di badannya), burung bangau, burung hong, dan ayam.
Ragam hias yang telah dilukis biasanya diwarnai merah kesumba, merah darah, hitam, dan kuning emas (prada). Warna dasar yang digunakan hitam dan merah kesumba. Terakhir dilakukan bal, yaitu memoles agar permukaannya berkilauan. Agar tahan lama dan cemerlang, dilapisi cairan serlak (vernis), fungsinya sebagai coating, dan dijemur kembali.
Dalam membuat sebuah lemari khas Palembang, perajin memerlukan waktu sekitar 20 hari, mulai dari membentuk lemari, mengukir daun pintu dan mahkota (bagian atas lemari), menggambar, sampai menghaluskan. Kayu yang terbaik untuk bahan bakunya adalah kayu mahoni.

II.4 Tradisi Pernikahan Adat Palembang

Konon, ritual dan tradisi adat pernikahan Palembang merupakan salah satu simbol yang mencerminkan keagungan serta kejayaan dinasti raja-raja Sriwijaya berabad-abad silam. Kilau keemasan serta simbol kemewahan dan keagungan terlihat dari rangkaian upacara adat yang menyertakan sejumlah ornamen warna keemasan dan kain sutera, baik untuk perlengkapan prosesi lamaran, seserahan, hingga saat pernikahan. Gemerlap warna keemasan juga menjadi titik pusat keindahan busana mempelai berikut asesorisnya. Berikut beberapa ritual adat yang mengiringi acara pernikahan adat Palembang :
1. Madik
Dalam tradisi madik keluarga calon mempelai pria berkunjung ke rumah calon mempelai wanita untuk berkenalan sekaligus melakukan observasi terhadap keadaan calon mempelai wanita dan keluarganya. dalam tradisi ini biasanya calon mempelai pria mengutus orang kepercayaan dari kerabat ibu atau bapak calon mempelai pria yang dapat memberikan informasi yang akurat. Utusan tersebut datang berkunjung sambil melihat apakah calon mempelai wanita sudah cocok dan pantas untuk dijadikan pasangan hidup untuk calon mempelai pria. Penting juga untuk diketahui asal usul serta silsilah keluarga masing-masing dan apakah wanita yang dituju itu belum ada orang lain yang meminangnya.
Beberapa tenong atau songket yang berbentuk bulat terbuat dari anyaman bambu, juga beberapa tenong berbentuk songket segi empat dibungkus dengan kain batik bersulam benang emas yang berisi bahan makanan, seperti : mentega, telur, gula diserahkan kepada calon mempelai wanita sebagai buah tangan yang bersifat tidak resmi.

2. Menyenggung
Tradisi ini merupakan bentuk tanda keseriusan dari calon mempelai pria. Seperti halnya madik, dalam menyenggung calon mempelai pria juga mengutus kerabat dekat dan orang kepercayaannya untuk membicarakan kesepakatan dan mengatur tanggal kedatangan berikutnya untuk melamar. Buah tangan yang dibawa juga serupa dengan madik seperti tenong atau songket dan beberapa bahan makanan.

3. Meminang / Melamar
Keluarga calon mempelai pria beserta orang-orang yang diutus dan kerabat dekat lainnya datang ke rumah keluarga calon mempelai wanita untuk meminang. Rombongan tersebut menjelaskan maksud dan tujuan untuk meminang dengan membawa buah tangan dan apabila lamaran sudah diterima maka barang-barang hantaran diserahkan kemudian dilanjutkan dengan memutus kato atau menentukan hari dan tanggal pernikahan.
Hantaran atau gegawan yang dibawa antara lain berupa kain terbungkus dengan sapu tangan diletakkan diatas nampan, berikut 5 tenong berisi gula, gandum, juadah, buah-buahan dan lain sebagainya. Jumlah songket atau tenong selalu ganjil. Barang bawaan lebih lengkap berupa kain, baju, selendang, alat perhiasan, tas, kosmetik, selop, sepatu dan sebagianya. Juga disertai pisang setandan sebagai lambang kemakmuran.

4. Berasan dan Mutus
Bermusyawarah untuk menentukan dua keluarga menjadi satu keluarga besar kedua belah pihak keluarga memutuskan dan menetapkan kata sepakat tentang hari, tanggal dan tahun pernikahan. Pihak yang datang biasanya adalah keluarga dekat calon mempelai serta 9 orang wanita dengan membawa tenong.
Utusan yang diwakili juru bicaranya menyampaikan kata-kata indah kadang berupa pantun. Selanjutnya para utusan melakukan upacara pengikatan tali keluarga, yakni dengan mengambil tembakau setumpuk dari sasak gelungan (konde) dan dibagi-bagikan pada para utusan dan keluarga. Kedua belah pihak mengunyah sirih dengan tembakau yang artinya kedua keluarga tersebut telah saling mengikat diri untuk menjadi satu keluarga.
Buah tangan yang dibawa biasanya berupa tenong, nampan, songket segi empat, satu baju dan satu selendang sutera, senting, selop, sandal, sepatu, alat rias, kosmetik, disertai pula buah-buahan dan setandan pisang

5. Akad Nikah / Perkawinan
Seperti halnya akad nikah dan perkawinan pada umumnya, acara ini dihadiri oleh karib kerabat dan keluarga kedua mempelai. Mas kawin yang diserahkan biasanya berupa perhiasan atau barang lain sesuai dengan apa yang diminta oleh keluarga pihak wanita dan telah disetujui pihak pria. Pengantin pria dibawa masuk ke ruangan, lalu penghulu memimpin pelaksanaan akad nikah.

6. Mengarak Pacar
Acara ini merupakan simbol bahwa mempelai wanita menerima pribadi suami atas pengakuan dan kemudian ditimbang-timbang, seolah-olah mempelai wanita berkata : pada saat ini suamiku kusambut dan kuterima segala titah dan kewajibanku sebagai ratu rumah tangga yang baik.
Arak-arakan rombongan keluarga mempelai pria tiba di rumah pengantin wanita. Rombongan disambut oleh ibu mempelai wanita. Para sesepuh perempuan sudah siap dengan semangkok kecil beras tabur (beras tabur yang dicampur uang receh) untuk ditaburkan kepada pengantin laki-laki beserta rombongan.
Perlengkapan yang digunakan antara lain seperti perahu yang dihiasi ornamen yang indah, lampu warna-warni, alat musik tabuh-tabuhan, keris pusaka, nampan serta kain sutra emas.


                                                                           Bab III
Penutup

III.1 Kesimpulan
            Dapat saya simpulkan bahwa kebudayaan dikota Palembang ini amatlah beraneka ragam dimana dimulai dari makanan khasnya seperti pempek dan pindang, seni tari berupa tari tanggai serta kerajinan dan tata cara adat perkawinan seperti yang telah dijelaskan diatas.ini menunjukkan bahwa dikota Palembang ini kebudayaan nya masih tetap dilestarikan dan dijaga dengan baik.

III.2 Saran
            Kebudayaan kebudayaan yang ada dikota Palembang ini harus lebih dilestarikan  dan dijaga agar kebudayaan tersebut tidak hilang serta akan dapat dinikmati oleh generasi –generasi penerus kita nanti kelak untuk menjadi alat pembelajaran bagi mereka nanti mengenai kehidupan nenek moyang nya dahulu melalui kebudayaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA


http://www.edukasi.net/karyaanda/viewkarya.php?kid=16

0 Response to "makalah ilmu sosial budaya"

Posting Komentar